Yayasan Pengembangan Masyarakat Amungme-Kamoro (YPMAK) kembali menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan sumber daya manusia di Papua dengan mengirimkan 60 calon mahasiswa dari suku Kamoro dan Amungme (AMOR) asal Kabupaten Mimika, Papua Tengah. Para mahasiswa tersebut mendapatkan kesempatan mengikuti program Bimbingan Prakuliah yang diselenggarakan oleh Yayasan Bina Taruna Bumi Cenderawasih (Binterbusih) di Semarang, Jawa Tengah. Program ini bertujuan memberikan bekal akademik, mental, dan sosial agar mereka siap menjalani pendidikan di perguruan tinggi dan berhasil menyelesaikan studi tepat waktu.
Dari 60 calon mahasiswa yang terpilih, 20 di antaranya berasal dari suku Kamoro dan 40 lainnya dari suku Amungme. Direktur dan EVP Sustainable Development and Community Relations PT Freeport Indonesia (PTFI), Claus Wamafma, mengungkapkan bahwa YPMAK, sebagai pengelola Dana Kemitraan PTFI, berkomitmen untuk mendukung pendidikan bagi masyarakat asli Papua, termasuk anak-anak dari suku Amungme, Kamoro, serta lima suku kekerabatan lainnya yaitu Dani, Damal, Moni, Mee, dan Nduga. Melalui program beasiswa, mereka diberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang universitas.
“Kami sangat bangga melihat antusiasme anak-anak Papua dalam melanjutkan pendidikan. Beasiswa ini menjadi wujud dari komitmen kami untuk memberikan akses pendidikan yang luas, terutama bagi anak-anak Papua, termasuk suku Amungme dan Kamoro,” ujar Claus dalam keterangan tertulisnya.
Claus juga menjelaskan bahwa PT Freeport Indonesia berfokus pada peningkatan pendidikan di Papua, khususnya di Kabupaten Mimika. Tahun ini, YPMAK telah menyediakan kuota beasiswa bagi 3.000 siswa dan mahasiswa, mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) hingga perguruan tinggi. Pendidikan, menurutnya, menjadi salah satu kunci penting untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Papua. Oleh karena itu, Claus mengimbau para orang tua untuk mendukung anak-anak mereka agar berani bersekolah di luar Timika dan meraih pendidikan yang lebih baik.
Sementara itu, Paul Sudiyo, Pembina Yayasan Binterbusih, menyatakan bahwa program Bimbingan Prakuliah ini tidak hanya menekankan kesiapan akademis, tetapi juga persiapan mental dan karakter bagi para penerima beasiswa. Dengan pelatihan yang terstruktur, Paul berharap para mahasiswa dapat beradaptasi dengan lingkungan pendidikan baru dan berhasil menyelesaikan studinya.
“Di sini, para penerima beasiswa mendapatkan bimbingan akademik dasar, penguatan karakter, serta pengenalan terhadap budaya setempat. Harapannya, mereka akan mampu mengatasi tantangan akademik dan sosial di lingkungan baru,” kata Paul.
Program prakuliah ini juga didukung oleh dosen-dosen pembimbing dari perguruan tinggi setempat, yang siap membantu mahasiswa memahami materi pelajaran dan memberikan motivasi secara berkelanjutan. Melalui pertemuan rutin, para pengajar dan mentor berinteraksi langsung dengan para mahasiswa untuk memastikan perkembangan mereka.
Salah satu penerima beasiswa YPMAK, Yohana Tumuka, menyatakan rasa syukur dan terima kasihnya atas kesempatan yang diberikan. Gadis muda dari suku Kamoro ini bercita-cita mengambil jurusan Psikologi dan berharap kelak bisa memberikan kontribusi kepada masyarakat di kampung halamannya. Menurut Yohana, program bimbingan Binterbusih sangat membantunya dalam memahami bidang psikologi, beradaptasi dengan lingkungan baru, serta memperluas wawasan akademik melalui diskusi dan membaca buku-buku psikologi.
“Dengan bekal ilmu yang akan saya dapatkan, saya berharap bisa membantu orang tua saya dan juga anak-anak muda di Papua, khususnya di Kamoro, Mimika, agar mereka memiliki pengetahuan yang lebih baik, terutama tentang pentingnya pendidikan dan kesejahteraan,” ungkap Yohana dengan penuh harapan.
Melalui program bimbingan prakuliah ini, YPMAK tidak hanya berupaya untuk mempersiapkan calon mahasiswa Papua agar sukses di bidang akademik, tetapi juga mencetak generasi muda Papua yang mampu berkontribusi secara nyata bagi pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat.